
Banyak mitos nyeri sendi yang beredar di masyarakat. Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering dialami banyak orang, terutama seiring bertambahnya usia. Namun, informasi yang beredar mengenai penyebab dan cara mengatasinya sering kali bercampur antara fakta medis dengan mitos yang menyesatkan. Tidak sedikit orang yang akhirnya salah kaprah dalam menangani kondisi ini.
Artikel ini akan membahas 5 mitos nyeri sendi yang masih dipercaya masyarakat dan meluruskannya dengan penjelasan medis berdasarkan fakta ilmiah. Dengan demikian, pembaca dapat memahami kondisi tubuh dengan lebih baik serta mengambil langkah yang tepat untuk menjaga kesehatan sendi.

Mitos 1: Nyeri Sendi Hanya Dialami oleh Orang Tua
Banyak orang beranggapan bahwa nyeri sendi adalah masalah kesehatan yang hanya menyerang orang lanjut usia. Pandangan ini menjadi salah satu mitos nyeri sendi yang paling sering ditemui.
Fakta:
Nyeri sendi tidak hanya menyerang orang tua, melainkan juga bisa dialami oleh orang dewasa muda, bahkan remaja. Faktor penyebabnya beragam, mulai dari cedera olahraga, obesitas, aktivitas fisik berlebihan, hingga kondisi medis tertentu seperti artritis autoimun. Remaja atau orang dewasa yang terlalu sering melakukan aktivitas berat tanpa peregangan juga rentan mengalami nyeri pada lutut, bahu, atau pergelangan tangan.
Dengan kata lain, nyeri sendi bukan semata-mata tanda penuaan, tetapi juga bisa menjadi indikasi adanya masalah kesehatan yang perlu ditangani sejak dini.

Mitos 2: Nyeri Sendi Akan Hilang dengan Sendirinya
Sebagian orang memilih untuk mengabaikan nyeri sendi dengan keyakinan bahwa rasa sakit tersebut akan membaik tanpa perlu penanganan. Anggapan ini termasuk dalam 5 mitos nyeri sendi yang masih dipercaya hingga saat ini.
Fakta:
Tidak semua nyeri sendi akan hilang dengan sendirinya. Beberapa kasus memang membaik setelah istirahat, tetapi ada kondisi yang justru semakin parah jika dibiarkan. Misalnya, osteoartritis yang menyebabkan kerusakan tulang rawan atau rheumatoid arthritis yang dapat merusak sendi secara permanen bila tidak ditangani.
Mengabaikan rasa sakit berisiko membuat kondisi lebih sulit ditangani di kemudian hari. Oleh sebab itu, konsultasi dengan tenaga medis sangat penting jika nyeri sendi berlangsung lebih dari beberapa minggu, disertai pembengkakan, atau membatasi aktivitas sehari-hari.

Mitos 3: Olahraga Memperburuk Nyeri Sendi
Sebagian orang takut berolahraga karena khawatir akan memperparah rasa sakit pada persendian. Keyakinan ini membuat mereka justru menghindari aktivitas fisik, padahal gaya hidup pasif dapat memperburuk kesehatan sendi.
Fakta:
Olahraga yang dilakukan dengan benar justru membantu memperkuat otot, menjaga fleksibilitas, dan melindungi sendi dari kerusakan lebih lanjut. Latihan ringan seperti berenang, berjalan, yoga, atau bersepeda bisa meningkatkan aliran darah ke area persendian serta mengurangi kekakuan.
Tentu saja, jenis olahraga harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu. Jika rasa nyeri muncul, sebaiknya memilih latihan berdampak rendah (low-impact exercise) yang tidak memberikan tekanan berlebih pada sendi. Dengan cara ini, olahraga menjadi bagian dari terapi, bukan penyebab masalah.

Mitos 4: Nyeri Sendi Hanya Disebabkan oleh Penuaan
Banyak orang menganggap bahwa penuaan otomatis menyebabkan nyeri sendi. Pandangan ini memperkuat persepsi keliru bahwa tidak ada yang bisa dilakukan untuk mencegah atau mengurangi rasa sakit.
Fakta:
Memang benar bahwa proses penuaan dapat membuat jaringan tulang rawan menipis sehingga meningkatkan risiko nyeri sendi. Namun, faktor lain seperti cedera, obesitas, peradangan kronis, dan penyakit metabolik juga berperan besar.
Misalnya, seseorang yang mengalami kelebihan berat badan memiliki risiko lebih tinggi mengalami nyeri lutut akibat tekanan berlebih pada sendi. Begitu pula dengan individu yang mengalami gangguan autoimun seperti lupus atau rheumatoid arthritis. Jadi, nyeri sendi tidak semata-mata akibat usia, tetapi juga dipengaruhi gaya hidup dan kondisi kesehatan lainnya.

Mitos 5: Mengonsumsi Suplemen atau Ramuan Herbal Saja Cukup untuk Menyembuhkan Nyeri Sendi
Tidak sedikit orang percaya bahwa suplemen atau ramuan tradisional dapat sepenuhnya mengobati nyeri sendi. Keyakinan ini sering membuat penderita enggan mencari pengobatan medis yang lebih tepat.
Fakta:
Suplemen tertentu, seperti glukosamin, kondroitin, atau omega-3, memang dapat membantu menjaga kesehatan sendi. Begitu pula dengan ramuan herbal yang memiliki efek antiinflamasi. Namun, konsumsi suplemen atau herbal saja tidak cukup untuk menyembuhkan nyeri sendi, terutama jika penyebabnya adalah kerusakan struktural atau penyakit autoimun.
Penanganan nyeri sendi biasanya memerlukan kombinasi berbagai metode, seperti fisioterapi, perubahan gaya hidup, penggunaan obat antiinflamasi, hingga tindakan medis tertentu. Konsultasi dengan dokter sangat penting untuk menentukan terapi yang sesuai dengan kondisi masing-masing.
Baca juga : Gerakan Ringan Anti Pegal: 4 Cara Mudah Rawat Sendi dan Otot
Cara Tepat Menangani Nyeri Sendi
Setelah meluruskan mitos nyeri sendi, penting juga memahami cara yang tepat untuk merawat kesehatan sendi:
- Menjaga Berat Badan Ideal
Berat badan berlebih meningkatkan tekanan pada sendi, terutama lutut dan pinggul. Menurunkan berat badan dapat secara signifikan mengurangi risiko nyeri. - Olahraga Teratur
Latihan fisik ringan membantu memperkuat otot di sekitar sendi, meningkatkan fleksibilitas, dan mengurangi rasa kaku. - Pola Makan Sehat
Mengonsumsi makanan kaya omega-3, vitamin D, dan kalsium membantu menjaga kekuatan tulang dan sendi. - Istirahat yang Cukup
Memberikan waktu istirahat pada sendi setelah aktivitas fisik yang berat sangat penting untuk pemulihan. - Konsultasi dengan Dokter
Jika nyeri berlangsung lama, jangan menunda pemeriksaan medis agar mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.
Atasi Nyeri Sendi Mulai Dari Hari Ini
Banyak orang masih mempercayai 5 mitos nyeri sendi yang masih dipercaya hingga kini, mulai dari anggapan bahwa hanya orang tua yang mengalaminya, olahraga memperburuk kondisi, hingga keyakinan bahwa suplemen saja cukup untuk menyembuhkan. Faktanya, nyeri sendi dapat dialami siapa saja dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, bukan hanya usia.
Meluruskan mitos nyeri sendi dengan fakta medis sangat penting agar masyarakat tidak salah dalam mengambil keputusan. Penanganan yang tepat, termasuk menjaga gaya hidup sehat, berolahraga teratur, dan melakukan konsultasi dengan dokter, akan membantu mencegah dan mengatasi masalah nyeri sendi dengan lebih efektif.





