Search

74% Pasien Stroke Mengalami Gerakan Anggota Tubuh Tak Terkendali: Kenali dan Tangani dengan Tepat

Stroke merupakan salah satu penyakit yang paling mematikan dan melemahkan di dunia. Di Indonesia, stroke menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan jangka panjang. Berdasarkan hasil riset dan data kesehatan terbaru, sebanyak 74% pasien stroke mengalami gerakan anggota tubuh tak terkendali setelah serangan pertama. Kondisi ini dikenal sebagai spastisitas pasca-stroke, yang sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien.

Apa yang Dimaksud dengan Gerakan Tak Terkendali?

Gerakan anggota tubuh tak terkendali setelah stroke biasanya disebabkan oleh kerusakan pada sistem saraf pusat—khususnya di otak—yang mengganggu komunikasi antara otak dan otot. Akibatnya, pasien mengalami kejang otot, kekakuan, dan gerakan yang tidak terkontrol seperti tersentak, gemetar, atau bahkan postur tubuh yang kaku.

Kondisi ini bukan hanya menyulitkan aktivitas sehari-hari, tetapi juga dapat menyebabkan nyeri kronis, kelelahan, bahkan luka tekan jika tidak ditangani dengan tepat.

Fakta: 74% Pasien Stroke Mengalami Masalah Gerakan

Sebuah studi yang dilakukan oleh lembaga neurologi internasional menunjukkan bahwa sekitar 74% pasien stroke mengalami gangguan pergerakan, baik dalam bentuk spastisitas, tremor, ataupun gerakan refleks yang tidak disadari. Persentase yang tinggi ini menunjukkan bahwa gangguan gerakan merupakan salah satu dampak utama stroke yang perlu mendapat perhatian serius dalam proses rehabilitasi.

Mengapa hal ini terjadi? Stroke menyebabkan kerusakan di bagian otak yang mengatur fungsi motorik tubuh. Jika bagian otak ini rusak, kontrol terhadap otot akan terganggu, menyebabkan sinyal saraf menjadi tidak sinkron, sehingga gerakan yang dihasilkan menjadi tidak teratur atau berlebihan.

Jenis Gerakan Tak Terkendali yang Umum Dialami

Beberapa bentuk gangguan gerakan yang umum dialami oleh pasien stroke antara lain:

1. Spastisitas

Kekakuan otot yang menyebabkan lengan atau kaki sulit digerakkan. Ini adalah jenis yang paling sering terjadi.

2. Tremor

Getaran tak terkendali pada bagian tubuh tertentu, terutama tangan dan kaki. Ini bisa terjadi secara terus-menerus atau saat melakukan aktivitas.

3. Gerakan Koreoatetosis

Gerakan tidak beraturan dan tiba-tiba yang sulit dikendalikan. Biasanya terjadi pada tangan dan jari.

4. Klonus

Kontraksi otot berulang dan cepat, seperti hentakan mendadak yang tidak bisa dikontrol.

Dampak Gerakan Tak Terkendali pada Kehidupan Pasien

Dampak dari kondisi ini sangat luas, mulai dari kesulitan dalam berpakaian, makan, hingga berjalan. Banyak pasien merasa frustrasi karena kehilangan kemandirian dan harus bergantung pada orang lain. Tidak sedikit pula yang mengalami penurunan rasa percaya diri hingga depresi akibat perubahan drastis dalam fungsi tubuh mereka.

Selain itu, risiko cedera juga meningkat karena pasien rentan terjatuh atau mengalami ketegangan otot yang menyebabkan nyeri berkepanjangan.

Penanganan dan Rehabilitasi Gerakan Tak Terkendali Pasca-Stroke

Meskipun 74% pasien stroke mengalami gerakan anggota tubuh tak terkendali, bukan berarti kondisi ini tidak bisa diatasi. Ada berbagai metode terapi dan pengobatan yang bisa membantu mengelola gejala ini:

1. Fisioterapi

Latihan fisik yang disesuaikan dengan kondisi pasien dapat membantu memperbaiki kontrol otot dan meningkatkan fleksibilitas. Fisioterapi juga membantu mencegah atrofi otot dan kekakuan sendi.

2. Terapi Okupasi

Bertujuan membantu pasien menjalani aktivitas sehari-hari secara mandiri. Terapi ini mengajarkan teknik baru dalam berpakaian, makan, atau bergerak dengan lebih aman.

3. Obat-obatan

Dokter mungkin meresepkan obat pelemas otot atau suntikan botulinum toxin (botox) untuk mengurangi spastisitas pada otot tertentu.

4. Alat Bantu Gerak

Penggunaan penyangga tangan, tongkat, atau alat bantu berjalan dapat membantu pasien bergerak lebih stabil dan aman.

5. Terapi Neurologis Lanjutan

Beberapa metode seperti stimulasi listrik saraf dan biofeedback juga mulai banyak digunakan dalam rehabilitasi stroke modern untuk memaksimalkan pemulihan saraf.

Pencegahan Stroke Berulang

Karena gerakan tak terkendali lebih parah bila terjadi stroke berulang, pencegahan menjadi kunci penting. Beberapa cara pencegahan antara lain:

  • Mengontrol tekanan darah dan kadar kolesterol
  • Menjaga kadar gula darah
  • Berhenti merokok dan minum alkohol
  • Menjalani gaya hidup sehat dan aktif
  • Patuh terhadap pengobatan dan kontrol rutin

Kesimpulan

Fakta bahwa 74% pasien stroke mengalami gerakan anggota tubuh tak terkendali merupakan peringatan serius bahwa rehabilitasi pasca-stroke harus lebih fokus pada pemulihan fungsi motorik. Gerakan yang tidak terkontrol bukan hanya memengaruhi aktivitas fisik, tetapi juga kesehatan mental dan sosial pasien.

Dengan dukungan terapi yang tepat, gaya hidup sehat, dan pengawasan medis berkala, pasien stroke tetap memiliki peluang besar untuk menjalani hidup yang lebih berkualitas. Edukasi dan kesadaran masyarakat akan dampak jangka panjang stroke sangat penting agar pencegahan dan penanganan bisa dilakukan lebih optimal sejak dini.

Penulis : Abdul
Editor : Lylandri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Populer

Artikel Berita Sehat Terbaru

Artikel Terkini

Artikel Terbaru